BAB IV
Teori Gerak Sejarah
Sejarah
secara etimologi berasal dari bahasa arab yakni syajarotun yang berarti pohon, keturunan, asal-usul, silislah, dan
riwayat. Sedangkan secara etimologi berarti kejadian-kejadian atau
peristiwa-peristiwa pada masa lampau yang terkait dengan kehidupan manusia.
Sejarah dengan ilmu-ilmu lainnya
saling berkaitan terutama dengan ilmu sosial. Ilmu sosial berkaitan karena
objek penelitiannya sama yakni manusia dalam sejarah manusia menjadi mahluk
yang multidimensi yakni sebagai subjek dan objek sejarah.
Terdapat banyak teori dalam sejarah salah satunya teori gerak sejarah.
Hakikat teori sejarah yakni suatu gerak yang tumbuh dan berkembang secara
evolusi. Terdapat beberapa teori tentang gerak sejarah :
1. Bagi
masyarakat bersahaja atau primitive, Gerak sejarah ditentukan oleh animisme dan
dinamisme.
2. Kebudayaan
politeisme, Ditentukan oleh dewa-dewa.
3. Monoteisme,
Ditentukan oleh tuhan.
4. Hukum
Alam (Fatum), Percaya terhadap takdir, nantinya teori ini akan menjadi ilmu
filsafat.
5. Determinisme,
Keharusan atau determinisme di pelopori oleh Hegel yang menolak kepada
kebebasan manusia.
6. Manusia,
Semua urusan berada ditangan manusia tetapi hanya orang besar yang menentukan
sejarah sedangkan orang rendahan hanya sebagai pembantu pembentuk sejarah.
Seperti dalam tulisan Thomas Carlyle, dalam tulisannya Heroes and herowarship
7. Materi,
Segala sesuatu ditentukan oleh materi sesuai dengan tulisan Karl Marx dalam
bukunya historis matrealisme.
Menurut
R. Moh Ali dalam buku pengantar ilmu sejarah ada beberapa penyebab gerak
sejarah yaitu dalam bagan berikut :
. Masyarkt
Nasib
Gerak sejarah ditantadi dengan
perubahan yang terus berlangsung dalam hidup manusia sebagai mahluk sosial.
Manusia memiliki pandangan terhadap
dirinya sendiri sehingga muncul Teori-teori Sejarah/Pandangan Sejarah
1. Otonom
(Determinisme)
2. Heteronom
Terdapat
teori-teori gerak sejarah menurut pandangan para ahli diantaranya :
1. Hukum
Fatum (Nasib)
Menurut
Paham ini, alam terbagi menjadi dua yaitu alam kecil dan alam besar. Kedua alam
tersebut dikuasai oleh penguasa gaib. Yang menjadi landsan paham ini adalah
hukum lingkaran atau siklus atau di Indonesia disebut cakramanggilingan, Yakni
setiap peristiwa akan terjadi lagi.
2. Zaman
Pertengahan (Santo Agustinus)
Diibaratkan
riwayat hidup manusia dan dibuat babakan waktunya seperti berikut
a. Infantia
(bayi) Adam sampai Nuh
b. Pueritia
(kanak-kanak) zaman Sem, Jafet
c. Adulescentia
(pemuda) Abraham sampai Daud
d. Inventus
(inventus) Daud
e. Gravitas
(dewasa, dewasa bijaksana) Zaman Babilonia, lahirnya Isa Almasih- Akhir Zaman
f. Kiamat
(tua)
Tujuan dari paham ini adalah kerajaan
Tuhan yaitu civitas dei. Kerajaan
tuhan yang akan dimasuki ini pasti akan dipilih siapa saja yang akan masuk
kedalamnya yang tidak masuk akan memasuki kerajaann iblis civitas diabolic atau neraka.
Jadi teori ini perjuangan antara dua
unsure yang saling bertentangan yakni antara civitas dei dan civitas
diabolic.
3. Ibnu
Khaldun
Pendapat
ini menunjukan kearah kemajuan dan kesempurnaan. Tuhan sebagai pangkal gerak
sejarah namun akhirnya menuju kea rah timbulnya beraneka warna masyarakat,
negafa dengan manusianya menuju pada kesempurnaan.
4. Renaissance
Paham ini beralih yang paham sebelumnya
mengarah kepada keakhiratan sekarang menuju kepada keduniaan yang tidak lagi
bergantung terhadap tuhan tetapi bergantung kepada diri manusia tersebut.
5. G.
B. Vicco
Mempercayai
bahwa adanya kemajuan pada gerak sejarah tetapi setelah mencapai puncaknya sejarah
akan berulang lagi. Teori ini gabungan antara teori linear dan siklus.
Menurutnya sejarah bergerak melalui tiga langkah :
a. Stadium barbacium,
periode kelahiran belum ada aturan, manusia bebas sebebasnya.
b. Stadium heroicum,
telah mengenal keluarga dan tempat tinggal tetapi dalam mengantur kelompok
muncul yang kuat dan yang lemah.
c. Stadium rationale,
muncul perjuangan persamaan hak. Hal ini menyebabkan kemerosotan moral dan
setelah itu kembali ke tahap stadium
barbacium
6. Oswald
Spengler
Spengler
meramalkan keruntuhan eropa. Ia beranggapan bahwa kehidupan sebuah kebudayaan
dalam segala-segalanya sama dengan kehidupan, tumbuhan,sama dengan kehidupan
hewan sama juga dengan kehidupan manusia.
7. Arnold
J. Toynbee
Kesimpulan
penelitian dari 21 kebudayaan yang sempurna dan 9 kebudayaan yang kurang
sempurna yaitu : “bahwa dalam gerak sejarah tidak terdapat hukum tertentu yang
menguasai dan mengatur timbul tenggelamnya kebudayaan-kebudayaan yang pasti.
Terdapat tingkatan-tingkatan dalam gerak sejarah menurut Toynbee :
a. Genesis of civilization,
lahirnya kebudayaan
b. Growth of civilization,
perkembangan kebudayaan
c. Decline of civilization,
keruntuhan kebudayaan
Keruntuhan kebudayaan
terbagi menjadi tigas fase lagi :
a.
Breakdown
of civilizations, kemerostan kebudayaan
b.
Disintegration
of civilizations, perkembangan kebudayaan
c.
Dissolution
of civilization,s hilang dan lenyapnya kebudayaan
8. Pitirim
Sorokin
Sorokin
membuat teori yang lain yang tidak mengakui adanya teori cylus seperti hukum fatum, teori Evolusi, Augustinus, dan Toynbee.
Teori
tersebut menurutnya tidak benar-benar menghargai kenyataan sejarah. Ia
mengatakan bahwa gerak sejarah terutama menunjukan fluctuation from age to age. Ia juga menyatkan adanya cultural universe atau alam kebudayaan
dan di dalam alam kebudayaan itu terdapat
masyarakat-masyarakat dan aliran kebudayaan. Terdapat tiga corak dalam
alam yang luas :
a. Ideational mengenai
kerohanian, ketuhanan, keagamaan, dan kepercayaan.
b. Sensate yang
serba jasmaniah, keduniawiaan, berpusat pada panca indra.
c. Perpaduan
antara Ideational – sensate dan
idealistic suatu kompromi.
Tiga corak di atas adalah untuk
menghargai atau menentukan nilai suatu budaya.
9. William
H. Fredrick
Fredrick
mengemukakan tiga teori utama sejarah :
a. Teori
perputaran, yang mengatakan bahwa pola kejadian dan ide mengenai manusia
terbatas sama sekali dan diulangi pada selang-selang tertentu.
b. Teori
takdir, yang menganggap bahwa semua sebab penyebab berasal dari ikut campur
takdir atau Allah.
c. Teori
kemajuan, yang berpusatkan pada sebab penyebab kejadian mengenai manusia dan
selanjutnya bahwa dengan berlakunya waktu, peradaban manusia dalam keseluruhan
secara otomatis akan mengalami perbaikan.
10. Murthadha
Mutachari
Untuk lebih memahami tentang teori
sejarah Murtadha mengemukakakan enam teori gerak sejarah :
a. Teori
rasial, ras-ras tertentu merupakan penyebab kemajuan sejarah.
b. Teori
geografis, factor utama terciptanya peradaban dan kebudayaan adalah lingkungan
fisik.
c. Teori
peranan jenius dan pahlawan, seluruh perubahan dan perkembangan ilmu,politik,
dan moral disepanjang sejarah ditimbulkan oleh orang-orang jenius.
d. Teori
ekonomi, ekonomi merupakan penggerak sejarah.
e. Teori
keagamaan, semua kejadian terjadi karena tuhan.
f. Teori
alam, manusia memilik watak tertentu yang bertanggunag jawab atas watak
evolusioner kehidupan masyarakat.
Gerak
sejarah itu ditandai dengan perubahan-perubahan yang terus beralngsung dalam
kehiduapan manusia sebagai mahluk sosial.
BAB
V
METODOLOGI
SEJARAH
Metode
dan Metodologi pada hakikatnya memiliki perbedaan. Istilah metode dan
metodologi digunakan oleh peneliti sejarah yang berbeda asalnya. Metode
digunakan oleh sejarawan Eropa sedangkan metodologi digunaakn oleh sejarawan
Amerika.
Metode
adalah cara atau prosedur atau cara untuk mendapatkan objek, sedangakn
metodologi ilmu yang mengaanalisis prinsip-prinsip dan prosedur-prosedur yang
harus menuntun penelitian untuk suatu disiplin ilmu. Menurut Sartono
Kartodirdjo metode itu how to know
sedangkan metodologi to know how to know
Terdapat
contoh penerapan metode dan metodologi dalam sejarah :
a. Menggunakan
teknik tertentu seperti pengumpulan bahan dengan cara wawancara dengan
narasumber atau tokoh sejarah masih hidup.
b. Dilengkapi
dengan metodologi, teoritis, filsafat “ilmu metode” seperti prosedur dalam
menjaring info, kritik sumber, mengenal konsep dan sumber yang relevan,
mengenal tentang toko, peristiwa, dll.
Sebagai
sebuah prosedur metode mengajukan beberapa prasyarat:
A. Heuristik
Heuristic
dari bahasa Yunani heuristiken =
mengumpulkan atau menemukan sumber. Dimaksud sumber adalah materi sejarah yang
tersebar dan teridentifikasi. Contohnya seperti; catatan, tradisi lisan, runtuhan
atau bekas banguanan prehistori, dan
inskripsi kuno.
Menulis
sejarah tidak mungkin dapat dilakukan tanpa tersedianya sumber sejarah “ no document no history”. Terdapat
beberapa yang dapat dijadikan sumber dalam penulisan sejarah yaitu :
a.
Sumber
Kebendaan
berupa
benda yang secara fisik dapat dilihat dan dipegang. Dapat dibedakan menjadi
dua; sumber tertulis (dokumen, arsip, surat catatan harian, foto, file) dan
benda peninggalan (artefak, tombak, jalan, istana)
b.
Sumber
Nonlebendaan
Secara
fisik tidak terlihat (tradisi, keoercayaan, agama)
c.
Sumber
Lisan
Yaitu, cerita, saga,
balada, anekdot, fonograf.
Sumber lisan dapat diperoleh melalui :
a. Sejarah
lisan, ingatan tanagn pertama yang ditutrkan secara lisan oleh orang-orang yang
diwawancarai sejarawan.
b. Tradisi
lisan, tradisi yang disampaikan dari mulut ke mulut selama beberapa generasi.
d.
Sumber
pertama dan kedua
Sumber
pertama adalah hasil tulisan yang sejaman atau yang dekat dengan peristiwanya.
Tulisan yang menggunakan sumber pertama disebut sumber kedua.
Jenis-jenis
sumber pertama adalah: kronik, otobiografi, memoir, surat kabar,catatan harian
dan surat pribadi.
e.
Depo
sumber
Sumber
sejarah yang sudah terkumpul disimpan di gedung arsip pusat dan daerah.
Terdapat beberapa teknik terkait heuristic :
a. Studi
kearsipan
Arsip
dapat berupa lembaran-lembaran lepas berupa surat, edaran, atau pemberitahuan.
Biasanya dapat didapat dari leambaga neggara atau swasta.
b. Studi
kepustakaan
Mengenai sumber sumber tertulis berupa
naskah, buku serta jurnal yang diterbitkan.
c. Wawancara
Wawancara
bisa dilakukan dengan langsung ataupun tidak langsung dengan menggunakan
kuesioner.
d. Observasi
Pengamatan
secara langusng dilapangan.
B. Kritik Sumber
Kritik
sumber adalah upaya untuk mendapatkan otentisitas dan kredibilitas sumber. Kritik
sumber mencoba menjawab tiga pertanyaan yaitu keaslian (aslikah sumber atau
hanya sekedar sumber turunan?), kesejatian (apakah sumber tersebut
dikehendaki?), dan keotentikan (masih utuhkah atau telah diubah? ).
Sumber-sumber
yang telah dikumpulkan baik berupa benda, sumber tertulis ataupun sumber lisan
kemudian diuji melalui kritik yaitu kritik interen
dan kritik eksteren.
Kritik
interen(sumber fisik), dilakukan untuk menilai kelayakan
atau kredibilitas sumber. Kritik eksteren,
dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana keabsahan dan keotentikan sumber.
C. Generalisasi
Generalisasi
(bahsa latin generalis berarti umum). generalsasi adalah usaha untuk memperoleh
keumuman. Generalisasi digunakan sebagai hipotesis deskriptif yaitu dugaan
sementara.
Menurut
Kuntowijoyo terdapat dua Tujuan generalisasi yakni saintifikasi dan simplifikasi :
a. Saintifikasi
Semua
ilmu melakukan generalisasi. Generalisasi berkaitan dengan ilmu. Jika kita
ingin menulis artikel disebuah media cetak
b. Simplifikasi
Merupakan
penyederhanaan dari masalah yang kompleks ke masalah yang mudah difahami.
Simplifikasi diperlukan supaya sejarawan dapat melakukan analisis.
Macam-macam
generalisasi
a. Generalisasi konseptual
Konsep yang
menggambarkan fakta disebut generalisasi konseptual. Konsep renaissance adalah konsep untuk memberikan
symbol kepada jaman kebangkitan kemabali nilai-nilai kemanusiaan.
b. Generalisasi Personal
Menunjuk
kepada perseorangan yang mewakili kelompok masyarakat (pars prototo). Contoh kemeredekaan Indonesia identik dengan
Soekarno-Hatta.
c. Generalisasi Tematik
Generalisasi
tematik ditujukan dalam judul buku, termasuk biografi. Tematik memfokuskan pada
asal, prilaku, pemikiran, kepercayaan, dan hobi.
Missal
buku Mahatma Gandhi (1869-1948) An
Autobigraphy menceritakan usaha Gandhi untuk menyebarkn kebenaran. Buku itu
menjadi sumber buku sejarah kejiwaan, Erik Erikson yang menganalisis asal usul
kejiwaan Gandhi.
d. Generalisasi Spasial
Unit
spasial memiliki wilayah tertentu yang membedakan dengan wilayah lain. Seperti
negara di Asia Tenggara terdiri dari Indonesia, Malaysia, Singapur, dsb.
e. Generalisasi Periodic
Periodisasi
merupakan esensi jaman secara umum. jaman peretengahan di Eropa disebut The Age of Believe karena jaman itu orang
cenderung menggunakan kitab suci dari pada menggunakan pikiran.
f. Generalisasi Sosial
Generalisasi
yang terdapat pada kelompok sosial. Kelompok masyarakat bawah yang hidupnya
dari penggarapan tanah disebut petani.
g. Generalisasi Kausal
“Jika
A maka B” bisa ditafsirkan menjadi “A menyebabkan terjadinya B”. generalisasi
sebab akibat.
h. Generalisasi Cultural
Generalisasi
ini digunakan diberbagai lapisan masyarakat. Anak ulama pasti masuk pesantren
anak priyayi masuk sekolah pemerintah
i.
Generalisasi
Sistemik
Kesimpulan
umum dalam dalam sejarah mengikuti kondisis setempat. Transportasi di
Kalimantan menggunakan sungai. Hubungan antara Amerika, Afrika, dan Eropa
sebelum terjadi perang saudara digambarakan sebagai sebuah sistem.
j.
Generalisasi
Structural
Membuat
generalisasi tentang sturktur orang. Orang asing dapat menbegnali kita dari
struktur tubuh kita dengan melihat postur tubuh, warna kulit, dan cara
berjalan. Berarti orang asing tersebut telah membuat generalisasi structural
tentang tubuh kita.
k. Generalisasi Sejarah
Selalu
bersifat aosteriori artinya generalisasi yang sudah melwati proses pengamatan.
D. Interpretasi
Sesudah
menyelesaikan langkah heuristik dan kritik sumber langkah berikutnya adalah
interpretasi. Fakta-fakta yang sudah ada harus diinterpretasikan.
Langkah ini
sering memunculkan subjektifitas tetapi
sejarawan tetap dituntut kekuatan intellectual
honesty dan academic honesty.
Interpretasi
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
a. Interpretasi
Analisis, Dengan cara menguraikan fakta tersebut satupersatu.
b. Interpretasi
Sintesis, Menggunakan beberapa fakta dan menarik kesimpulan dari fakta
tersebut.
Interpretasi
sejarah pada umunya sering diarahkan kepada pandangan para ahli filasat.
Beberapa interpretasi mengenai sejarah yang muncul dalam aliran filsafat dapat dikelompokan sebagai berikut :
A. Interpretasi
Monistik : interpretasi yang hanya mencatat
peristiwa besar dan orang terkemuka. Interpretasi ini meliputi ;
a.
Interpretasi teologis, menekan pada
takdir tuhan, gerak sejarah bersifat pasif.
b.
Interpretasi Geogarfis, pada factor
geografis dengan pertimbangan letak bumi akan mempengaruhi kehidupan.
c.
Interpretasi Ekonomis, secara deterministik
bahwa factor ekonomi sangat berpengaruh.
d.
Interpretasi rasial, penfasiran yang
ditentukan oleh ras atau bangsa.
B. Interpretasi
Pluralistik, mucul pada abad ke-19 bahwa sejarah akan mengikuti perkembanagn
sosial, budaya, politik, dan ekonomi.
Dikalangan
sejarawan modern interpretasi pulralis lebih menonjol karena mereka beranggapan
bahwa kemajuan studi sejarah dapat didorong dengan ilmu lainnya.
E. Historiografi
Historiogarfi
merupakan tahap terakhir dalam metode sejarah. Tahap ini diperlukan kemampuan
lain yaitu kemampuan mengarang yang tidak kering artinya harus bersifat
komunikatif, sistematis, dan imajinasi historis yang baik.
Sejarwan yang
menganut relativisme historis cenderung
sulit bersikap netral dalam pengkajian dan penulisan sejarah.
Terdapat
beberapa yang dianggap sebagai kelemahan dalam penulisan sejarah ;
a.
Sikap pemihakan terhadap golongan
tertentu
b.
Terlalu percaya terhadap penukil
sejaerah
c.
Gagal menangkap maksud apa yang dimaksud
dan didengar
d.
Memberikan asumsi yang tsk beralasan
dalm sumber berita
e.
Ketidaktahuna dalam mecocokan keadaan
dengan keajdian sebenarnya.
f.
Kecenderungan mendekatkan diri pada
penguasa dan orang berpengaruh
g.
Tidak mengetahui watak kondisi yang
muncul daalm peradaban.
Apabila
dari ketujuh kelemahan tersebut ada dalam satu generasi penulisan sejarah maka
selanjutnya akan terus terjadi hal tersebut.
F.
Eksplanasi
Deskripsi dan
ekspalanasi sering dianggap sama tetapi pada kenyataannya berbeda. Deskripsi
merupakan jawaban atas pertanyaan factual meliputi, apa, dimana, kapan, dan
siapa. Sedangkan eksplanasi perluasan pertanyaan factual meliputi mengapa dan
bagaimana
Terdapat
model penjelasan dalm eksplanasi :
a. Kausalitas
Penejelasan
yang diperlukan adalah dengan merangkai
fakta dalam hubungan sebab akibat. Hukum sebab akibat mengingatkan bahwa setiap fenomena merupakan akibat dari
sebelumnya. Terdapat alternartif huku kausalitas yaitu pendekatan fungsional.
b. Law
Covering Model
Bentuk
teori eksplanasi segala macam penyidikan dan mengikuti silogisme.
Penganut
sistem ini bahwa setiap penjelasan diperoleh dalam sejarah harus dapat
diterangkan dalam hukum umum atau hipotesis universal atau hipotesis dari
bentuk universal.
c. Hermeneutika
Tindakan manusia dianggap ideografik.
Menekankan anatara ilmu alam dengan ilmu kemanusiaan.
Hermeneutika mencoba
memasuki diri pelaku dan berupaya memahami apa yang dipikirkan dan apa yng
dirasakan ada semacvam dialog batin anatara sejarawan yang menggunakan
pengalaman diri sendiri dengan sumber yang ada.
d. Analogi
Analogi sebagai
alat ekspalanasi sejarah. Tetapi ada yang berabggapan bahwa analogi sama dengan
eksplanasi.
Analogi dapt
berperan keluar(mengalihkan pikiran seseorang kepada orang lain) dan kedalam
(mengingatkan suatau yang tidak disadafi )
Analogi juga
berkaitan dengan metafora sebagai alat bantu penejlasan dan pembuktian.
e. Motivasi
Motivasi dapat
digunakan untuk :
a. Ekspalanasi
kausal
Sebenarnya dapat dipisahkan. Akibat merupakan hasil perbuatan sedangkan sebab
merupakan pikiran yang berada di belakang perbuatan.
b. Penejelasan
kasusal dari tingkah laku yang berpola
Kurang diminati karen cenderung masuk dalam
penjelasan psikoanalesis.
Contohnya adalah tulisan Rudolf Ninion yang
menjelaskan anti-semantisme Adlof Hitler. Karena ingin membalas dendam atas
kemartian ibunya dan saudaranay diatas tangan dokter yahudi.
Sejarah dan psikologi memiliki hubungan yang erat
tetapi keduanya saling terbatas.
Komentar